Senin, 28 April
2014
15:37 WIB
Maaf, karena mungkin kata-kata ku kemarin (25 April
2014, di twitter) melukaimu. Jujur, aku tak ingin melukaimu seperti itu. Tapi
adakalanya aku tak kuat menahan semua rasa sakit ini. Ada kalanya aku ingin kau
tahu apa yang sebenarnya aku ketahui, dan agar kau tahu bahwa aku di sini tidak
pernah baik-baik saja. Aku juga merasakan sakit. Entah kenapa, secara tiba-tiba
dan tidak terduga aku mengetahui semua yang kamu lakukan di sana. Entah lewat
orang-orang yang ada di sekitarmu atau juga lewat mimpi. Awalnya aku tak
percaya akan kebenaran mimpi itu, tapi seiring hadirnya waktu, aku tahu bahwa
semua mimpi-mimpi itu benar terjadi. Sebenarnya aku tak ingin tahu, karena aku
mengerti itu semua akan lebih menyakitiku. Tapi apa daya? Bibir-bibir itu
sendiri yang mengatakannya padaku.
Tentang pernyataamu di twitter, Ya, mungkin aku
adalah“orang lain” bagimu, tapi itu tak berlaku sebaliknya. Kau tetap orang
yang berarti bagiku. Kau tetap orang yang pernah mengajariku tentang cinta yang
sebelumnya tak ku mengerti. Tapi kau tetap pula orang yang pernah menggoreskan
luka di hatiku.
Yang kedua, kau bilang masa lalu mu hina?
Maksudnya aku hina? Iya?
Maaf, jika di matamu aku hina. Tapi asal kau tahu,
aku tak pernah menganggapmu seperti itu. Kau tetap orang baik di mataku. Dan
rasa ini, tak kan hilang hanya karena kau menghianatiku. Terima kasih.