RSS
Container Icon

New Life Begins



            Kamis, 18 September 2014
21.31 WIB

Dear, You
Hey, aku punya banyak teman baru di sini. Mereka semua baik, dan aku sangat menyayangi mereka. Aku bahagia karena aku sudah menemukan dunia baru, seperti kamu sekarang ^^. Dan semenjak ada mereka, aku sudah bisa tertawa lepas lagi. Bahkan aku sekarang sudah tidak perlu es batu lagi untuk mengompres mataku pagi-pagi, karena mataku sudah tidak pernah bengkak lagi seperti dulu. It’s a big change, isn’t it amazing? :D
            Terkadang teman-teman baruku itu juga menjengkelkan. Mereka sengaja memancingku untuk mengingat masa lalu itu lagi, sampai aku menangis meneteskan air mata, tapi  mereka sama sekali tak merasa bersalah. Mereka malah menertawaiku. Tapi aku tak tahu kenapa, aku juga malah ikut tertawa karena itu. Aku menertawai diriku sendiri bersama teman-temanku.
Aku sudah bahagia juga karena kamu bahagia dengan dia, walau aku masih tak tahu kenapa air mata ini menetes ketika ingatan ini mengajakku melayang membayangkan sesuatu yang indah yang pernah kita lalui. Tapi dari dalam lubuk hati, aku bahagia jika kamu bahagia. Karena memang aku ingin bahagia seperti dulu saat aku mempunyai hati yang tak mencintai siapapun kecuali Allah ^^.
Tapi terkadang aku sedih, aku merasa bersalah pada Ibu. Selama hampir satu tahun ini, I didn’t do anything for her. I was stuck in that moment, when I felt alone without you. Aku juga menyesal karena akhir-akhir ini, sebelum aku berangkat ke Malang, aku sering membentak beliau. Mungkin ini pertama kalinya aku membentaknya. Saat itu aku benar-benar kalut. Aku butuh hiburan, karena aku merasa benar-benar sendiri. Teman-teman di SMA sudah mulai sibuk dengan kuliahnya masing-masing.
Saat itu, kakakku mengajakku untuk mendaki gunung di daerah Batu. Tapi tiba-tiba Ibu melarangku, karena saat itu kakiku belum benar-benar sembuh karena kecelakaan kemarin. Aku marah, karena aku merasa aku sangat membutuhkan hiburan saat itu. Hari-hari setelah itu, aku marah pada Ibu dan Bapak yang melarangku. Aku kesal. Mereka juga melarangku kuliah jauh. Aku tidak mengerti kenapa Ibuk dan Bapak selalu melarangku. Apa karena aku pernah hampir buta dan cacat karena mereka 16 tahun yang lalu?
Seharusnya mereka berdua tahu, bahwa aku sebenarnya punya banyak nyawa. Buktinya aku tetap bisa melihat karena tetesan air keras yang secara tidak sengaja diteteskan Bapak di mataku saat aku berumur 2 tahun. Dan sekarang aku juga bisa berjalan dengan normal walaupun dulu dokter pernah memvonis kalau aku tidak bisa hidup normal dengan kakiku ini. Dan aku juga bisa selamat dari penyakit bahaya yang menimpaku beberapa waktu lalu hanya dalam waktu 6 bulan. Apa itu nggak cukup buat  membuktikan ke mereka?
Tapi sekarang aku sadar, aku salah. Karena orang tua tak semudah itu melepas anaknya. Ingiiiiiin sekali aku bersujud di kaki Ibu dan Bapak. Aku ingin meminta maaf karena telah kasar kepada mereka berdua. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Leganya bisa cerita di sini ^^. Setidaknya, walaupun kamu tidak membaca ini aku tetap merasa lega karena bisa bercerita banyak di sini ^^.

 


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Surat yang Terlambat



Senin, 28 April 2014
15:37 WIB

Maaf, karena mungkin kata-kata ku kemarin (25 April 2014, di twitter) melukaimu. Jujur, aku tak ingin melukaimu seperti itu. Tapi adakalanya aku tak kuat menahan semua rasa sakit ini. Ada kalanya aku ingin kau tahu apa yang sebenarnya aku ketahui, dan agar kau tahu bahwa aku di sini tidak pernah baik-baik saja. Aku juga merasakan sakit. Entah kenapa, secara tiba-tiba dan tidak terduga aku mengetahui semua yang kamu lakukan di sana. Entah lewat orang-orang yang ada di sekitarmu atau juga lewat mimpi. Awalnya aku tak percaya akan kebenaran mimpi itu, tapi seiring hadirnya waktu, aku tahu bahwa semua mimpi-mimpi itu benar terjadi. Sebenarnya aku tak ingin tahu, karena aku mengerti itu semua akan lebih menyakitiku. Tapi apa daya? Bibir-bibir itu sendiri yang mengatakannya padaku.
Tentang pernyataamu di twitter, Ya, mungkin aku adalah“orang lain” bagimu, tapi itu tak berlaku sebaliknya. Kau tetap orang yang berarti bagiku. Kau tetap orang yang pernah mengajariku tentang cinta yang sebelumnya tak ku mengerti. Tapi kau tetap pula orang yang pernah menggoreskan luka di hatiku.
Yang kedua, kau bilang masa lalu mu hina?
Maksudnya aku hina? Iya?
Maaf, jika di matamu aku hina. Tapi asal kau tahu, aku tak pernah menganggapmu seperti itu. Kau tetap orang baik di mataku. Dan rasa ini, tak kan hilang hanya karena kau menghianatiku. Terima kasih.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Buat Miss Fita

Rabu, 30 Juli 2014
16.34 WIB

Hari ini  aku ingin menuliskan sesuatu, untuk salah satu sahabatku. Dia adalah salah satu orang yang selalu ada buat aku. Dia penggalau berat. Sukanya nangis :p
And this is for you "Kak Dewi Mafita Sari (bakul seller)"


Jika kamu mengizinkan orang lain masuk dalam kehidupanmu, maka bertanggungjawablah. 
Jaga dia, jagalah hatinya.
Dia tidak berhak menghirup aroma anyir dari masa lalumu.
Bagaimanapun, dia juga punya masa lalu dan berusaha menguburnya untuk menjaga perasaanmu.
Jika kamu masih mencintai masa lalumu atau jika kamu masih mengharapkan masa lalumu kembali, jangan pernah membiarkan orang jatuh terlalu dalam padamu. 

Jangan sentuh hatinya, jangan sentuh hidupnya.
Karena hidupnya terlalu suci untuk kau nodai!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Suratku

Awalnya, matamu dan senyummu tak berarti apa-apa bagiku. Sapa lembutmu, tutur katamu, bukan menjadi alasan senyumku setiap harinya. Semua mengalir begitu saja, kita tertawa bersama, kita menghabiskan waktu bersama, tanpa tahu bahwa cinta diam-diam menyergap dan menyeringai santai dibalik punggungmu dan punggungku. Kita saling bercanda, menertawakan diri sendiri, tanpa tahu bahwa rasa itu menelusup tanpa ragu dan mulai mengisi labirin-labirin hatimu dan hatiku yang telah lama tak diisi oleh seseorang yang spesial.


Tatapan matamu, mulai menjadi hal yang tak biasa dimataku. Caramu mengungkapkan pendapat, tak lagi menjadi hal yang kuhadapi dengan begitu santai. Renyah suara tawamu menghipnotis bibirku untuk melengkungkan senyum manis, menyambut lekuk bibirmu yang tersenyum saat menatapku. Aku tahu semua berubah menjadi begitu indah, sejak pembicaraan yang sederhana menjadi pembicaraan spesial yang begitu menyenangkan bagiku. Aku bertanya ragu, inikah kamu yang mampu membuatku melamun sepanjang waktu?


Tanpa kusadari, namamu sering kuselipkan dalam baris-baris doa. Diam-diam aku senang menulis tentangmu, tersenyum tanpa sebab sambil terus menjentikkan jemariku. Tanpa kesengajaan, kau hadir dalam mimpiku, memelukku dengan erat dan hangat, sesuatu yang belum tentu kutemukan dalam dunia nyata saat aku terbangun nanti. Hari-hariku kini terisi oleh hadirmu, laju otakku kini tak mau berhenti memikirkanmu, aliran darahku menggelembungkan namamu dalam setiap tetes hemoglobinnya. Berlebihan kah? Bukankah mahluk Tuhan selalu bertingkah berlebihan ketika sedang jatuh cinta?


Saat menatap matamu, ada kata-kata yang sulit keluar dari bibirku. Saat mendengar sapa manjamu, tercipta rasa yang begitu lemah untuk kutunjukkan walaupun aku sedang berada bersamamu. Aku lumpuh dan bisu, saat menatap matamu apalagi mendengar suaramu. Aku membiarkan diriku jatuh dalam rindu yang mengekang dan membuatku sekarat. Aku membiarkan diriku tersiksa oleh angan yang kau ciptakan dalam magisnya kehadiranmu. Astaga Tuhan, ciptaanMu yang satu ini membuatku pusing tujuh keliling!


Sepertinya aku mencintaimu…

Pada setiap percakapan kecil yang berubah menjadi perhatian sederhana yang kau perlihatkan padaku.


Sepertinya aku mencintaimu…

Dengan kebisuan yang kau sampaikan padaku. Kita hanya berbicara lewat tatapan mata, kita hanya saling mengungkapkan lewat sentuhan-sentuhan kecil.


Sepertinya aku mencintaimu…

Karena aku sering merindukanmu, karena aku bahkan tak tahu mengapa aku bisa begitu menggilaimu


Sepertinya aku mencintaimu…

Kepada kamu, yang sekarang selalu ada untukku

MFF :)


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Air Mata, Bagi Cinta yang Terabaikan

Saat ria sebelum cahaya
Kuratapi kisahku dengan air mata
Kurenungi kisah kita dengan tangis sendu
Hati ini terlalu sakit,
Karna CINTAMU!

Serpihan demi serpihan luka kurasa
Kepingan demi kepingan tentang kita kuingat
Semakin ku kenang,
Semakin hancur hati ini

Tapi mengapa,
sampai sekarang aku masih bisa mencintaimu?

Bilur-bilur luka meleleh
Harapan cinta mengental!
Mencoba membudaki tangis,
dan menghapus air mata di pipi

Mengapa?
Mengapa luka ini membuatku makin cinta?
Kapankah air mata ini menjadi air mata yang bening,
dan tak keruh?
Kapankah derai tangisku terhenti?
menjadi setetes,
dan terakhir

Seharusnya ku tak perlu tangisi
Harusnya aku kuat
Harusnya tak perlu ku pertaruhkan air mata ini
HANYA DEMI SATU KENANGAN
DAN MASA YANG TELAH BERLALU

Tapi mengapa?
Mengapa sampai sekarang aku tak bisa melupakannya?
Mengapa terus jatuh dan menumpah?
Air mata yang perihkan hati ini
Hatiku kini menjadi perasa
Air mata ini jatuh,
Jatuh untuk cinta yang telah mengabaikanku

Mataku yang menjadi saksi,
Bagaimana air mataku jatuh untuknya
Air mataku terus jatuh,
terlalu banyak,
dan berderai
Terlalu lama menetes, dan menumpah

Aku sendiri,
Bersama keluh kesahku,
Yang tenggelam bersama tangisku
Bersama serpihan hati,
yang akan ku bawa,
sampai
aku
Mati!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS